(Tulisan ini merupakan salah satu hasil tugas dari kelas penulisan populer yang saya ambil di semester terakhir perkuliahan.)
Dalam esainya berjudul Keberpihakan, Maman S. Mahayana mengusik rekan pers yang tidak menjunjung netralitas, objektivitas, dan kejujuran dalam pemberitaan. Sebagai konsumen media massa, penulis tahu betul pentingnya nilai jujur dan objektif jurnalis dalam menyampaikan datanya. Peran jurnalis di sini layaknya dokter menangani pasien. Jika tidak jujur dan transparan mengenai kondisi pasiennya, kematian bisa jadi taruhannya. Begitu juga dengan jurnalis, kebenaran di negeri ini bisa mati; musnah tanpa ada bekas. Kemudian siapa yang bisa rakyat percaya ketika pemerintah mengecewakan kita semua selain kebenaran yang berhasil diungkapkan oleh rekan pers. Lalu bagaimana dengan nilai satu lagi, netralitas?
Dalam esainya berjudul Keberpihakan, Maman S. Mahayana mengusik rekan pers yang tidak menjunjung netralitas, objektivitas, dan kejujuran dalam pemberitaan. Sebagai konsumen media massa, penulis tahu betul pentingnya nilai jujur dan objektif jurnalis dalam menyampaikan datanya. Peran jurnalis di sini layaknya dokter menangani pasien. Jika tidak jujur dan transparan mengenai kondisi pasiennya, kematian bisa jadi taruhannya. Begitu juga dengan jurnalis, kebenaran di negeri ini bisa mati; musnah tanpa ada bekas. Kemudian siapa yang bisa rakyat percaya ketika pemerintah mengecewakan kita semua selain kebenaran yang berhasil diungkapkan oleh rekan pers. Lalu bagaimana dengan nilai satu lagi, netralitas?